Career Tips Mon, 27 Jun 2005 09:07:00 WIB Prestasi merupakan ukuran keberhasilan. Di balik itu, hal yang penting sebagai landasan ialah adanya kebutuhan untuk berprestasi. Bagaimana mengembangkan kebutuhan untuk berprestasi?
Tiga kebutuhan motivasional it udapat ditemui pada setiap orang dengan tingkat berbeda. Kombinasi dari tiga kebutuhan itu mempengaruhi gaya dan perilaku seseorang. Anak-anak dengan kebutuhan untuk berprestasi tinggi akan tampak dari keinginannya untuk selalu unggul di antara teman sebayanya. Mereka umumnya juga menyukai kegiatan lain yang sifatnya menantang, seperti mengikuti kompetisi sesuai dengan yang diminatinya. Yang Mempengaruhi Seorang peneliti, Cortez (1972), menyatakan bahwa ada pengaruh keturunan terhadap tinggi-rendah-nya kebutuhan untuk berprestasi (n-ach) anak. Dalam penelitiannya, Cortez menemukan bahwa anak laki-laki yang mesomophic (memiliki fisik dengan pertumbuhan otot-otot yang bagus) secara meyakinkan memiliki skor n-ach (dan n-pow) lebih tinggi daripada anak laki-laki yang lain. Anak-anak dengan pertumbuhan otot yang baik mampu menunjukkan aktivitas dan keterampilan motorik yang lebih baik. Mereka sering mendapat perhatian dan pujian positif dari lingkungan. Akibatnya, mereka selalu ingin tampil baik. Situasi semacam ini meningkatkan kebutuhan untuk berprestasi. Heckhausen (1967) setelah mengamati anak-anak yang sukses atau gagal dalam mengerjakan berbagai tugas menyatakan bahwa kebutuhan untuk berprestasi (n-ach) anak mulai tampak pada usia 3 sampai 3,5 tahun. Kesuksesan dan kegagalan anak-anak dalam mengerjalan tugas mempunyai hubungan langsung dengan perasaan senang atau kecewa, baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap gagal/suksesnya mengerjakan tugas tersebut. Anak-anak yang sukses mengalami perasaan senang karena mampu menyelesaikan tugas. Sebaliknya, yang gagal mengalami perasaan malu karena tidak mampu menyelesaikan tugas yang diberikan. Pengalaman-pengalaman sukses dan perasaan senang anak dari tidak dapat menyelesaikannya, sangat membantu membangkitkan kemauan atau semangat anak dalam menghadapi tantangan baru untuk mendapatkan prestasi baru. Peneliti lain, Lasker (1978), menemukan bahwa skor kebutuhan untuk berprestasi (n-ach) secara sangat meyakinkan berhubungan erat dengan tahap perkembangan ego seseorang. Lovinger (1976) dalam penelitiannya menemukan pada tahap awal perkembangan ego atau tahap impulsive dan self-protective, hampir menunjukkan tidak adanya n-ach. Pada tahap menengah atau self-protective dan conformist, memiliki skor n-ach moderat (menengah). Pada tahap paling tinggi dalam level perkembangan ego atau conscientious, memiliki skor n-ach tinggi. Penelitian di atas menunjukkan bahwa skor n-ach bertambah sesuai dengan kematangan seseorang. David McClelland juga menemukan bahwa orang dengan n-ach tinggi terbentuk karena pendidikan keluarga. Kebanyakan mereka pada usia 6 sampai 8 tahun sudah diajari mandiri, membuat pilihan, dan mengerjakan sesuatu bantuan orang lain. Sebaliknya, orang yang memiliki n-ach rendah biasanya datang dari keluarga yang over-protected (terlalu melindungi) dan over discline (over disiplin). Akibatnya, mereka sangat tergantung pada orangtua dan merasa sangat sulit untuk melepaskannya agar dapat membuat keputusan sendiri. (M.N Nilam Widyarini, Dosen pada Program S1 dan S2 Psikologi, Universitas Gunadarma, Jakarta). |
Sumber: Bisnis Indonesia |